07 Oktober 2011

Apple Effect: Bagaimana Steve Jobs Menguasai Dunia

Terkait kematian Steve Jobs, mata dunia serta-merta tertuju pada Apple Inc. Ya, sepertinya hingar-bingar rilis iPhone 4S sehari sebelum kematian Jobs menjadi sedikit terlupakan. Sebagai gantinya, media dan situs-situs gadget menulis tentang Steve Jobs dan apa yang telah dia perbuat sehingga mampu menjadikan Apple Inc. sebesar sekarang.

Salah satu media yang menulis hal tersebut adalah CSmonitor. Melalui korespondennya, Alan Webber, CSmonitor mengisahkan bagaimana Apple sebagai sebuah perusahaan dan Steve Jobs sebagai pemimpinnya telah merubah cara pandang dunia melalui teknologi dan inovasi.

Webber mengatakan pertama kali bertemu Steve Jobs pada 1991. Saat itu Webber merupakan managing editor di Harvard Business Review (HBR). Webber melakukan perjalanan dari Boston ke Silicon Valley untuk melihat sendiri apa yang terjadi di markas Apple. Webber baru saja memberikan presentasi untuk sebuah kelas di Universitas Stanford di Palo Alto, California, saat Jobs muncul dan memulai percakapan dengannya.

“Artikel itu bagus,” kata Jobs. “Salah satu artikel terbaik yang pernah saya baca. Anda benar dengan menyebutkan bukan sebagai komputer, melainkan komputasi.”

Jobs kemudian berbicara tentang sebuah artikel yang baru saja diterbitkan di edisi HBR Juli 1991, ditulis oleh Andy Rappaport dan Shmuel Halevi berjudul “Perusahaan Komputer Yang Tidak Punya Komputer”. Sebenarnya itu artikel provokatif yang datang pada saat Amerika Serikat gugup menyaksikan perusahaan-perusahaan Jepang menguasai lebih dari 40 persen pasar laptop Amerika. Perusahaan Jepang juga telah memimpin dalam produksi memory chip dan menjadi persaing perusahaan-perusahaan Amerika dalam produksi superkomputer.

Artikel itu meminta Amerika untuk tidak khawatir. Itu karena masa depan bukan ada di komputer tapi ada dalam komputasi. “Mendefinisikan bagaimana komputer digunakan, bukan bagaimana mereka diproduksi, akan menciptakan nilai nyata - dan dengan demikian kekuatan pasar, lapangan kerja, dan kekayaan - dalam 10 tahun mendatang,” begitulah isi artikel itu. “Sebuah perusahaan komputer adalah sumber utama komputasi untuk pelanggan.”

Komputer adalah sebuah ‘hal’, sementara apa yang orang inginkan bukanlah ‘hal’ tetapi untuk melakukan ‘banyak hal’.

Dengan wawasan strategis yang ia miliki, Jobs telah membawa Apple menjadi perusahaan paling dikagumi di dunia. Menurut majalah Fortune hal itu telah berjalan selama empat tahun. Jobs telah membuat Apple menjadi pusat hiburan favorit dunia, mendengarkan gagdet, membaca gagdet, menonton gagdet, hal-hal yang sebelumnya mustahil dilakukan dengan gagdet.

Tentu saja menjadi penting untuk memiliki hardware sehingga aplikasi memiliki wadah yang tepat. Dan dalam pandangan Jobs, hardware itu harus luar biasa dan berbeda dari lainnya. Hardware itu harus didesain sempurna dan berbeda. Jika dilihat dan dirasakan, disentuh dan didengar suaranya, maka semua user interface pada hardware itu kemudian digodok oleh Apple dan masuk dalam ranah bisnis. Setidaknya, begitulah wujud produk-produk Apple di mata Webber.

Dan kini Apple telah menjadi perusahaan kelas dunia. Ada banyak hal yang menjadikan publik terkagum-kagum pada Apple dan kepemimpinan Steve Jobs namun Webber mencatat 3 pemberitaan yang ia katakan layak untuk dicermati:

1. Meskipun 45.000 karyawan Apple tampaknya masih dinilai terlalu sedikit namun Apple telah mengungguli ExxonMobil sebagai perusahaan yang paling kaya di dunia. Itu adalah pencapaian yang sangat mengejutkan.

2. Saat perekonomian AS terperosok dalam resesi tak henti-hentinya dan pemerintah AS tidak dapat menyelesaikan hutangnya, Apple justru memiliki cadangan uang tunai $76 miliar yang diakui lebih besar dari apa yang dimilik pemerintah federal Amerika.

3. Jobs mengumumkan pengundurkan dirinya akhir Agustus lalu dari posisinya sebagai CEO Apple. Pengumuman yang seharusnya biasa saja bagi seorang CEO itu justru menimbulkan pertanyaan, spekulasi, dan curahan perhatian yang sangat besar bagi Jobs dan Apple.

Seberapa seriuskah sakit Jobs? Apa dampak pengunduran diri Jobs terhadap produk Apple? Seberapa kuat Tim Cook dan seluruh tim tanpa Jobs? Dapatkah mereka terus menciptakan inovasi seperti Jobs?

Tapi ada juga pertanyaan lain, yang dianggap Webber lebih relevan: Saat Jobs tak lagi jadi CEO, menandai sebuah tonggak bersejarah dalam perjalanan panjang Apple, apa yang bisa diambil oleh para pebisnis Amerika? Jika kita menggunakan transisi kepemimpinan di Apple ini sebagai kesempatan untuk refleksi diri, pelajaran berharga apa yang bisa dipetik oleh Amerika (dan negara lain) tentang manajemen, filsafat dan praktek bisnis?

Well, kini setelah 20 tahun sejak Jobs memuji artikel HBR itu, perekonomian AS dan perusahaan besar AS telah manjadi sebuah kekuatan utuh. Jika saat itu Rappaport dan Halevi menulis dalam artikelnya tentang kekhawatiran adanya tantangan dari Jepang maka hari ini, China telah menjulang sebagai saingan ekonomi yang mendominasi pasar dunia.

Pada tahun 1991, pekerjaan manufaktur dipindah ke luar negeri dan kekhawatiran menghantui industri Amerika. Hari ini, dengan 9,2% pengangguran, sebagian besar akibat kerugian di basis manufaktur AS, kekhawatiran tersebut telah menjadi kenyataan.

Sebaliknya, melalui Apple, Steve Jobs telah membuat kekhawatiran itu menjadi tidak perlu. Saat kembali ke Apple pada tahun 1997, Steve Jobs segera mengatasi semua masalah yang ada. Jobs memperbaiki dan merampingkan organisasi, menyingkirkan tim yang bersaing, mengatakan pada pegawai bahwa mereka harus berjuang untuk perusahaan, bukan melawan satu sama lain.

Tapi pelajaran yang paling penting dari Apple, menurut Regis McKenna, Kepala Marketing dan Public Relations di Silicon Valley, “Lihatlah semua hal dengan cara pandang yang tidak biasa. Cara pandang itu termasuk desain produk dan user experience secara keseluruhan. Apple selalu berusaha untuk melakukannya secara berbeda dan melakukannya lebih baik dari perusahaan lain. Inovasi memungkinkan Anda untuk mendapatkan perhatian dari pasar dan tidak peduli seberapa baik Anda, Anda selalu bisa melakukannya lebih baik. Apple menunjukkan nilai yang patut dicontoh yaitu selalu berjuang untuk kesempurnaan.”

Dan itu semua menjadi mungkin bagi Apple di bawah kepemimpinan Steve Jobs. Kini setelah Jobs pergi untuk selamanya, peninggalan Jobs akan dikenang dunia termasuk filosofi hidupnya baik sebagai pebisnis, ilmuwan dan manusia seutuhnya.

sumber: gopego

Tidak ada komentar:

Posting Komentar